Sekilas Kisah: Terimakasih Masa Kuliah

Posted: Rabu, 18 Februari 2015 by Unknown in Label:
3

Ketika saya lulus dari SMA, dengan rasa ragu-ragu yang cukup besar saat SNMPTN saya memilih dua jurusan yaitu pilihan pertama akuntansi dan kedua ilmu administrasi negara. Alasan kenapa saya memilih akuntansi apakah karena saya menguasainya? Nope, saya bukan orang yang sangat memperhatikan guru tentang penjelasan posisi debet kredit, jadi mungkin alasan saya memilih akuntansi karena popularitasnya dan Fakultas Ekonomi Unlam satu dari sedikit fakultas Unlam yang akreditasinya di atas "C".


Akuntansi Fakultas Ekonomi Unlam 2011 (pada zaman dulu namanya masih FE belum jadi FEB), petualangan awal saya disini setidaknya saya bagi dua, akademis dan sosial. Bersosialisasi cukup menantang karena dikelas baru saya karena tidak ada satupun kawan SMA. Saya senang dengan orang-orang yang berkawan dengan saya sejak awal-awal perkuliahan, karena walaupun mereka belum mengenal tindak tanduk asli saya, mereka sudah mau memasukkan saya kedalam circle mereka. Orang-orang akuntansi yang pertama saya kenal adalah Nata, Indra, Yenny, Riski, Nisma kemudian dari mereka saya mengenal Ummi, Dhanti, Yosi, Muti, Iqbal, Yuli, dan seterusnya, ya cukup cepat dan lancar untuk bersosialisasi. Setahun pertama saya sudah kenal 98% kawan satu angkatan 2011, 2% nya adalah mereka yang memakai mode "senyap" atau "getar".

Sayang beribu sayang petualangan akademis tidak semulus bersosialisasi, adaptasi cara belajar dari SMA ke bangku kuliah ternyata ada sejenis culture shocknya. Bahkan yang biasa akrab dengan guru di SMA pun tetap bisa terkaget-kaget dengan karakter dosen yang mengajar. Entah kenapa pertemuan pertama Pengantar Akuntansi 1 sangat berkesan bagi saya, dosen yang mengajar adalah Pak Sayudi, diawal perkuliahan beliau cukup tegas dengan memperingatkan kami bahwa kondisi SMA dan kuliah adalah beda, mahasiswa harus tunggu dosen di dalam kelas dan bukan di luar dan sebagainya. Shock therapy yang beliau berikan setengah jam selanjutnya tidak terduga oleh saya dan mungkin sebagian besar mahasiswa lainnya.

"hei kamu yang berkacamata, keluar!!"

Seketika suasana hening, yang tidak berkacamata mencari siapa yang berkacamata sementara yang berkacamata mungkin jantungnya sudah copot.

"kamu yang berkacamata dari tadi ngomong terus, keluar sekarang!"

Suasana semakin mencekam, akhirnya salah satu mahasiswa yang berkacamata berdiri, kemudian melangkah keluar sambil meminta maaf kepada Pak Sayudi, tapi beliau tetap bergeming. Setelah sang mahasiswa keluar Pak Sayudi kemudian menjelasakan pentingnya fokus dan menghargai tapi saya kurang ingat apa persisnya kata-kata beliau, yang pasti setelah itu pelajaran kembali dilanjutkan dengan kondisi mahasiswa yang diam duduk manis.

Ketika perkuliahan berakhir Pak Sayudi menanyakan siapa ketua kelas di kelas kami,

"siapa ketua kelasnya disini?"

"anu pak..... ketua kelasnya yang Bapak usir keluar tadi" sahut salah satu mahasiswa

Pak Sayudi terdiam, tapi kemudian kembali bertanya,

"kalau wakil ketua kelasnya siapa?"

Seorang mahasiswa mengangkat tangan dengan perlahan, ternyata dia duduk di samping mahasiswa berkacamata tadi dan adalah teman bicara yang mengakibatkan mahasiswa berkacamata di usir keluar...jeng jeng jeng! 
(Kisah ini adalah kisah nyata dan faktual yang melibatkan Mujib dan Reza-bukan nama samaran-, tapi kisah antara Mujib dan Pak Sayudi berakhir damai. Lebih 3 tahun kami kuliah dan mengenal Pak Sayudi sebagai dosen yang tegas tetapi tetap ramah dan baik, terkadang beliau juga melempar humor-humor yang cukup lucu kepada para mahasiswa.)


Mari kita lanjutkan cerita lainnya, perhatikan gambar diatas, komik di atas diangkat dari kisah nyata kawan saya Nisma. Komik tersebut menceritakan kisah mahasiswa yang berapa pun IP yang di dapatnya tidak boleh mengambil mata kuliah full pada semester selanjutnya, entah IP nya 3.8 apalagi kalau IP cuma 0.8. Miris sekali kan nasib Nisma . . . . . dan nasib saya juga. Saya menghargai paham yang menyatakan semakin sedikit mata kuliah yang di ambil maka akan semakin fokus belajar dan nilai bagus akan mengikuti, quality more important than quantity. Tapi dengan kondisi seperti itu artinya saya dan Nisma akan lulus "paling cepat" adalah 4 tahun (currency waktu adalah sangat berharga ketika anda sadari, coba tonton film In Time #eh), dan yang pasti saya akan ketinggalan di banding kawan-kawan 2011 dalam beberapa matakuliah. Saya berpikir, ada kewajiban ada hak, saya sangat beruntung dapat mengenal Bapak Syaiful Hifni yang juga Wakil Dekan di fakultas ekonomi, beliau membantu saya mendapatkan hak saya kembali dan akhirnya di tahun kedua kuliah alias sejak semester 4 saya bisa mengambil 24 sks, sebuah titik balik besar yang memberikan saya kesempatan mengejar si Yudi...... Yudisium.

Berbagai macam balada kehidupan kampus terus berlanjut, kadang kalau dingat-ingat sekarang yang aslinya kurang menyenangkan malah bisa bikin senyum-senyum sendiri.

Contohnya adalah kisah diatas, terjadi di semester 6, matakuliah Teori Akuntansi dengan dosen Ibu Chairina, dimana kuis adalah salah satu momok besar bagi mahasiswa dan kuis yang mendadak akan meningkatkan momok ini lebih menyeramkan sekitar 3x lipat. Mahasiswa yang tidak belajar akan panik, dan yang tidak bawa pulpen akan lebih panik.



Atau cerita lain tentang mahasiswa deadliner yang menyukai tantangan dengan motto kalau bisa dikerjakan besok kenapa harus hari ini. Tapi ini harus diakui adalah hobi yang buruk toh kalau kebablasan. Walaupun begitu cerita ini kadang bisa juga terjadi kebalikannya, sudah semangat ngerjain tugas eh ternyata kuliahnya batal....ya apa boleh buat~

Semakin lama kuliah maka mata kuliah yang diambil juga akan semakin sulit, selain itu juga ada matakuliah pilihan yang mungkin tujuannya adalah untuk konsentrasi studi sesuai dengan minat, tapi kadang bisa jadi kegalauan tersendiri karena si A ngambil matkul ini, si B ngambil matkul itu, si C bingung mau ngikut siapa.

Semakin lama kuliah juga kita akan lebih tau dan lebih kenal dengan kawan-kawan di perkuliahan, dan yang menarik adalah kita tidak cuma akan menemukan kawan dengan karakter joker yang cuma hobi ketawa tapi juga yang punya karakter hero kayak batman, hal ini mungkin karena di masa perkuliahan orang-orangnya sudah belajar menjadi lebih dewasa. Percayalah, kawan yang benar-benar kawan adalah mereka yang selalu ada di saat kita susah, dan mereka yang selalu mau meluangkan waktu, karena waktu tidak bisa diganti atau dibeli (kembali saya ingatkan currency waktu sangat berharga).


Ya saya sangat senang bisa mengenal dengan calon-calon orang hebat dimasa depan, entah mungkin bakal ada yang jadi guru besar, walikota, gubernur, kepala dinas, direktur utama atau bahkan benar-benar jadi batman. 


Seperti setiap perjalanan pada umumnya, masa perkuliahan pun juga sama yaitu memiliki destinasi akhir, tapi sebelum itu seorang mahasiswa harus menyusun skripsi, apa itu skrispsi?
Menurut KBBI (http://kbbi.web.id/skripsi) skripsi /skrip·si/ n karangan ilmiah yg wajib ditulis oleh mahasiswa sbg bagian dr persyaratan akhir pendidikan akademisnya: ia menyusun -- selama hampir lima bulan

Saya tidak mau menjelaskan panjang lebar sih mengenai tahapan yang satu ini, karena sudah banyak yang sharing suka duka nestapa balada mengerjakan skripsi, dan yang paling penting kenapa saya malas menjelaskannya adalah jelas kalian juga akan merasakannya.....RASAKAN! HAHAHAHA!


Oh ya, terkait dengan destinasi akhir yang saya sebutkan tadi, dengan penuh rasa syukur saya dan kawan-kawan telah sampai disana kemarin 17-18 Februari 2015 di mana kami telah di Yudisium dan di Wisuda. 


Sejujurnya saya senang perjuangan di bangku kuliah artinya sudah terlewati, tapi di balik itu ada beberapa hal yang membuat ngilu, terbiasa sekolah, duduk dan diajari sejak masa TK, SD dan seterusnya hingga kuliah, ketika itu berakhir sedikit banyaknya kita pasti akan kehilangan arah, ya ini adalah soal habit, tentu bisa saja lanjut kembali ke program pasca sarjana, tapi mengutip salah satu kata-kata kawan saya Adnan, 
Masa-masa belajar formal telah habis, bahkan untuk yang lanjut S2 proses belajarnya sudah bukan main-main, harus mandiri, kerja dan lain-lain.

Dan terakhir, saya kira semua setuju bahwa tidak ada orang yang suka harus mengucapkan kata-kata perpisahan. Selamat datang di dunia nyata, saya sadar sebagian besar orang yang saya kenal di perkuliahan akan menempuh jalan yang berbeda-beda untuk mencapai mimpinya masing-masing, ada yang lanjut belajar menuntut ilmu, merintis karir, mendirikan usaha bahkan membangun keluarga, yang pasti satu hal "susah ngumpul" adalah hal yang tidak terelakkan. Saya sudah mengalami hal ini beberapa kali, hanya saja saya tidak ingin menambah orang-orang yang masuk dalam daftar just somebody i used to know, atau masih keep in touch tapi cuma di read doang.
Jadi jika esok hari kita ketemu di jalan mari saling menyapa duluan, dan jangan gengsi-gengsian. Jika kita tidak pernah ketemu di dunia nyata tolong tetap hargai kegiatan saling sapa di media sosial dan jangan di anggap basa-basi non sense. Tentunya semua dengan satu tujuan, jangan menjadikan orang-orang yang pernah tertawa bersama kita menjadi orang-orang yang asing.

Nah, setelah kilas balik yang sangat sekilas ini dimana tidak semua cerita bisa saya ceritakan, saya rasa tulisan ini akan saya tutup dengan ucapan terimakasih kepada semua orang yang selama ini telah membantu saya, yang tentu tanpa bantuan mereka saya mungkin bukan mengetik di blog ini tapi masih mengetik bab V skripsi hehe. Terimakasih, semoga sukses dan tetap semangat selalu gaes!


3 komentar:

  1. Unknown says:

    Itu foto yg terakhir apa2an fiz? Wkwkwk

  1. Unknown says:

    Aduh fiz .. aq sakit parut tetawa bonor.....

  1. Unknown says:

    jadi handak balik kuliah lagi tapi tanpa skripsi-skripsian atau sejenisnya HAAA