Membolang Ke Teluk Tamiang

Posted: Sabtu, 27 September 2014 by Unknown in
4


Teluk Tamiang, sebuah destinasi wisata bahari yang sebetulnya sudah saya kenal sekitar hampir dua tahun yang lalu dari Iqbal yang tentunya langsung saya googling dan WOW! Saya tidak menyangka ada tempat seindah itu di Kalimantan Selatan. Sayang beribu sayang walaupun masih satu provinsi, Teluk Tamiang berada di Pulau Laut, terpisah dari pulau utama Kalimantan dan untuk soal jarak dari Ibukota Banjarmasin sudah tentu jauh sekali, keinginan membolang ke Teluk Tamiang akhirnya tenggelam.

Rute dari Banjarmasin ke teluk Tamiang
 Akhir Agustus 2014, Ummi melontarkan pertanyaan,

“Ada niat ke teluk tamiang?” 

“Ada, tapi gak tau cara & transportasi ke sana haha” 

Sebuah jawaban yang sebetulnya klise, dengan harapan kalau niatnya tiba-tiba hilang alasan masalah ketiadaan transportasi bisa dijadikan kambing hitam. Tapi yang selanjutnya diluar dugaan, Ummi mengirimkan link aditraveller, disana cukup jelas dan lengkap menerangkan cara untuk sampai ke Teluk Tamiang dan tentu saja saya tidak bisa berkutik lagi. . . . . .ternyata ada transportasi kesana.

Rencana awal kami berangkat Jumat tanggal 29, tapi sejak seminggu sebelumnya saya sudah cukup pusing untuk mengajak kawan-kawan yang lain untuk ikut serta bertualang, ada yang menolak mentah-mentah, ada yang mau ikut tapi mikir dulu, ada yang mau ikut tapi akhirnya batal. Hari Rabu atau H-2 kepala saya sudah sangat pusing dan mungkin Ummi juga sama pusingnya apalagi banyak kawan-kawan ladies yang awalnya mau ikut tapi akhirnya terkendala masalah perizinan. H-1 seharusnya kami sudah mesan tiket bus tapi setelah didiskusikan kami memutuskan untuk menunda keberangkatan menjadi Sabtu tanggal 30.

Saya berkonsultasi dengan kawan saya di Kotabaru untuk masalah pemilihan PO bus dan Yosi menyarankan menggunakan bus travel melati atau tiga putra. Hari Jumat Ummi ke terminal untuk membeli tiket tapi ternyata kedua bus tadi tidak punya jam keberangkatan yang kami inginkan, alhasil kami membeli tiket Mini Bus Terminal yang harganya 25% lebih murah dari PO Bus lain. Saya mengira bedanya bus travel dengan bus terminal selain beda harga hanyalah fasilitas antar jemputnya tapi ternyata saya salah, fasilitas AC dan kenyamanan tempat duduk juga berbeda, ditambah deru mesin mobil yang siap masuk ke gendang telinga. Ryan menoleh kearah bus yang sedang bongkar muat,

“kok yang barengan kita nenek-nenek semua ya……”