"Sedikit" Berjalan-jalan ke Mandiangin
Posted: Senin, 11 Februari 2013 by Rizky.Hafiz in Label: Kampus Story
0
Kamis - 7 Februari 2013
Pagi ini bukan pagi seperti biasanya dimana gue terbiasa
tidur lagi setelah subuh. Ya, hari ini gue sangat excited untuk “sedikit” berjalan-jalan bersama Yusti, Nata dan
Marly . . . . mumpung liburan sob.
Sedari Banjarmasin kami di temani gulungan awan besar yang
menggantung di langit, sinar matahari cuma sesekali menyapa, gue gak akan kaget
kalau tiba-tiba di tengah jalan hujan ikut berpartisipasi.
Sekitar satu setengah jam perjalanan kami sampai di sebuah
pintu gerbang bertuliskan “Selamat Datang di Tahura Sultan Adam”. Selanjutnya
kami melewati jalan yang membelah hutan dan rintik hujan yang menemani kami
ikut memberikan efek tersediri yang membuat suasana berbeda.
Oh iya jalanan di sini cukup turun naik sebelum akhirnya benar-benar
menanjak sampai dengan di spot Kolam Pemandian Belanda, di sini suara air
mengalir terdengar jelas memecah keheningan di antara gunung-gunung yang
memanjakan mata kami sedari tadi.
Dari spot Kolam Pemandian Belanda kami di beritahu oleh
Paman Penjaga ada dua arah yang bisa di ambil, ke atas gunung menuju mata air
atau turun ke bawah melihat air terjun. . . .kami pilih keatas.
Sedikit mendaki keatas kami bisa melihat air yang mengalir
di antara batu-batu, sangat menarik untuk berfoto disini, tapi batu-batu disini
lumayan licin sehingga harus hati-hati melangkah bahkan kami sampai harus melepas sepatu.
Masih penasaran “ada apa di atas” kami lanjut mendaki
menyusuri aliran air dan ternyata luar biasa....luar biasa capeknya! Kami tetap
harus meneteskan keringat walaupun cuaca di sini tanpa matahari. Setelah hampir
setengah jam mendaki kami memutuskan turun karena kami lupa membawa air minum
dan jalan selanjutnya semakin terjal, tapi sebelumnya tentu saja kami menikmati
lebih dulu pemandangan dari atas sambil menebak-nebak objek di bawah.
“Yang itu apa?”
“Yang itu pasti anu”
“Rumah ku keliatan lah?”
Kembali turun gunung ke spot awal dan di sambut Kolam
Pemandian tentu saja orang-orang yang bisa berenang mencetuskan ide untuk
langsung nyebur berenang. . . .sebagai satu-satunya orang yang..ehem..kurang
ahli berenang di antara mereka gue merasa asdedsdfsewrdfggfa!
“eh itu ada ban tuh...kalau km sudah kada tahan lagi lambaikan tangan aja”
Ujar Yusti sambil menunjuk ban pelampung yang ada di pinggir
kolam, sebuah benda yang akan sangat membantu orang-orang yang..ehem..kurang
ahli seperti gue.
***
Hujan mulai turun lagi, kami berteduh di salah satu kios
warung memesan minuman sambil berbincang-bincang dengan Acil warung dan Paman
Penjaga. Ya sebetulnya cuma Yusti dan Marly yang aktif dalam sesi tanya jawab
ini sementara gue dan Nata memposisikan diri sebagai pendengar yang baik.
Sebelum pulang kami mengambil beberapa foto lagi dengan
latar belakang gunung dan perbukitan yang ada, pemandangan yang tidak bisa
setiap hari kami lihat karenanya kami berniat untuk kembali lagi kesini
nantinya dengan persiapan yang lebih baik seperti contohnya air minum
dan..ehem..ban renang.
Di perjalanan pulang kami mampir lagi untuk mencari durian.
Yap, Marly sepertinya lagi ngidam durian, di warung tadi sampai mogok minum
gara-gara durian disana gagal panen dan gak ada yang bisa dijual.
“Duriannya berapa cil?”
Marly dan Yusti mulai membuka sesi tawar menawar, seperti
sebelumnya gue dan Nata cukup jadi pendengar yang baik.
“15 ribu sebigi. . .”
“murahin pang cil...10
aja gin. . .”
“15 ribu itu sudah, ayuja
kalau dua 35 ribu. . .”
Gue bengong, biasanya
kalau beli banyak malah dapat bonus barang atau potongan harga tapi kali ini
malah dapat bonus harga!
Singkat cerita, akhirnya kami makan durian. . .
Setelah kami habiskan dalam sekejap si Acil kembali
memberikan penawaran menarik,
“Acil kasihan melihat bagian
km cuma makan satu biji rame-rame. Nah kalau yang halus ini 5 ribu aja...”
Nah, ternyata durian yang lebih kecil ini bukan cuma lebih
murah tapi juga lebih manis! Wow... akhirnya total kami beli tiga.
Gerimis masih dengan senang hati menemani kami ketika kami
melanjutkan perjalanan ke Banjarbaru untuk makan siang. Setelah sedikit
berputar-putar akhirnya kami menjadikan soto dan sop sebagai santapan yang
sangat pas di cuaca seperti ini.
***
Hujan benar-benar sudah berhenti sepenuhnya ketika kami
sampai di Banjarmasin seperti menandakan kalau jalan-jalan kami hari ini juga berakhir.
Tapi hujan selalu menyisakan genangan air dan tanah yang basah, begitu juga
perjalanan kami yang menyisakan pengalaman menyenangkan dan kenangan indah.
||||
|||
||
| Face swap character thank to www.facebook.com/KartunNgampus
||||
|||
||
| Face swap character thank to www.facebook.com/KartunNgampus